KEPRIBADIAN MUTTAQIN.
ALLAH MENJADIKAN MANUSIA
UNTUK BERIBADAH/MENYEMBAH ALLAH SWT
AGAR MANUSIA MEMILIKI
KEPRIBADIAN MUTTAQIN. APAKAH KEPRIBADIAN MUTTAQIN ITU ?
Kepribadian Muttaqin adalah
:
1, Berarti kepribadian
unggul yang disukai Allah SWT.
2. Berarti kepribadian
Mulia yang di sukai Allah SWT.
3. Berarti kepribadian
luar biasa yang di sukai Allah,
4. Berarti kepribadian
yang di ridhoi Allah SWT.
5. Berarti Kepribadian
hebat, kuat dan bahagia sejati yang di Ridhoi Allah SWT.
6. Berarti kepribadian
Indah, bagus, istimewa yang di sukai Allah SWT.
7. Kepribadian yang
memberikan rahmat bagi alam semesta.
8. Kepribadian yang
penuh kasih sayang yang di sukai Allah SWT.
9. Kepribadian yang
produktifitas yang di sukai Allah SWT.
10. Kepribadian juara,
pemenang yang di sukai Allah SWT.
11. Kepribadian yang
selaras, serasi dan seimbang yang di sukai Allah SWT.
12. kepribadian bahagia
yang di sukai Allah SWT.
13. kepribadian
pembangun semangat, motivasi yang di sukai Allah SWT.
14. Kepribadian yang jujur, benar dan adil yang di sukai Allah SWT.
15. Kepribadian yang
amanah yang di sukai Allah SWT.
16. Kepribadian cinta
tanah air yang diberkati dan dirahmati Allah SWT.
17. Kepribadian rajin
belajar, pintar dan berprestasi yang di sukai Allah SWT.
18, Kepribdian rajin
bekerja yang di sukai Allah SWT.
19. Kepribadian suka
beramal soleh yang di sukai Allah SWT.
20. Kepribadian yang
tidak merusak tetapi membangaun yang di sukai Allah SWT.
21. Kepribadian Kaya dan
mulia yang di sukai Allah SWT.
22. Kepribadian yang
kaffah yang di cintai Allah Allah SWT.
23. Orang yang
menjalankan perintah Allah dan menjauhkan larangan Allah SWT.
24. Orang yang
bersungguh sungguh di jalan Allah SWT.
25. Kepribadian hidup
bahagia di dunia dan bahagia di akhirat yang di sukai Allah
SWT.
Kepribadian Muslim, Mukmin dan Muttaqin
Kepribadian Muhsin, Muslim, Mukmin dan Muttaqin Memiliki beberapa
sifat-sifat atau kriteria-kriteria, yang mengandung hal-hal pokok dan prinsip
dan pentingnya dalam bentuk acuan nilai dan norma hal ini Bersifat pengkayaan
dalam arti memberi banyak khazanah untuk membentuk keluhuran dan kemuliaan
rohani dan tindakan baik dengan ucapan dan perbuatan Aktual, yakni memiliki
keterkaitan dengan unrutan dan kepentingan kehidupan sehari-hari.
Memberikan arah bagi tindakan individu maupun kolektif yang bersifat
keteladanan.Ideal, yakni dapat menjadi panduan untuk kehidupan sehari-hari yang
bersifat pokok dan utama. Rabbani, artinya mengandung ajaran-ajaran dan
pesan-pesan yang bersifat baik yang membuahkan kesalihan. Akhlaq, yakni panduan
yang mudah dipahami dan diamalkan oleh setiap muhsin, muslim, mukmin dan
muttaqin.
Setiap umat yang berjiwa muslim, mukmin, dan muttaqin yang paripurna itu
dituntut untuk memiliki keyakinan (aqidah) berdasarkan tauhid yang istiqamah
dan bersih dari syirik, bid'ah, dan khurafat; memiliki cara berfikir sesuai
dengan keperibadian tersebut; dan perilaku serta tindakan yang senantiasa
dilandasi oleh tingkah laku dan untuk mencerminkan akhlaq al-karimah.
Dalam kehidupan di dunia ini menuju kehidupan di akhirat nanti pada
hakekatnya Islam yang serba utama itu benar-benar dapat dirasakan, diamati,
ditunjukkan, dibuktikan dan membuahkan rahmat bagi semesta alam sebagai sebuah
manhaj kehidupan (sistem kehidupan) apabila sungguh-sungguh secara nyata
diamalkan oleh para pemeluknya. Dengan demikian Islam menjadi sistem keyakinan,
sistem pemikiran, dan sistem tindakan yang menyatu dalam diri setiap muhsin,
muslim, mukmin dan muttaqin sebagaimana menjadi pesan utama risalah dakwah
Islam.
Dan lebih jelasnya akan kami jelaskan dalam makalah ini tentangkepribadian
tersebut. Namun akan tetapi dalam makalah kami ini hanya akan membahas
kepribadian Muslim, mukmin dan muttaqin dalam Al-qur’an.
1. Kepribadian Muslim
Sering orang menyebut Kepribadian muslim itu ialah cerminan pada orang
yang rajin menjalankan ajaran agama Islam dari aspek ritual seperti shalat. Dan
juga ada yang mengatakan kepribadian muslim itu terlihat dari sikap dermawan
dan suka menolong orang lain atau aspek sosial. Mungkin ada yang berpendapat
kepribadian muslim itu terlihat dari penampilan seseorang yang kalem dan baik
hati.
Jawaban di atas hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain
yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi
muslim yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus
dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.
Dan didalam Alqur’an surat Ali- Imran ayat 52 dijelaskan, Allah SWT
berfirman:
“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah
dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan
agama) Allah?" para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab:
"Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan
saksikanlah bahwa Sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim yang berserah
diri.” (Ali-Imran: 52)
Dalam tafsir al-Misbah ditafsirkan bahwasanya: Sebagian bani Israil
tidak menyambut ajakan-ajakan itu. Maka tat kala isa merasakan, yakni
mengetahui dengan pengetahuan yang demikian jelas, seperti jelasnya pengetahuan
yang berdasar indera, adanya keingkaran terhadap dirinya sebagai rasul dari
sebagian mereka, dan bahwa mereka akan menghalanginya menyebarkan dakwah,
berkatalah dia, “siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk
bersama-sama berjalan menuju jalan yang mengantar kepada Allah? “ Para
hawariyyin, yakni sahabat-sahabat beliau yang setia, menjawab, “ Kamilah
penolong-penolong (Agama) Allah yang engkau cari itu.
Kami akan berjuang bersama engkau karena kami beriman kepada Allah:
Tuhan Yang Maha Esa, Yang tidak Beranak dan diperanakkan. Konsekuensi
kepercayaan ini mengharuskan kami membela agama-Nya, maka karena itu kami siap
berjuang, dan saksikanlah kelak di hadapan Allah bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang muslim yang berserah diri, patuh mengikuti perintah Allah dan
perintah Rasul-Nya”, dan para pegikut Isa as. Pun mengaku bahwa mereka adalah
orang-orang muslim.
Al-hawariyyun terambil dari kata yang bermakna sangat putih, atau cahaya
murni. Sahabat-sahabat Nabi Isa as. Dinamai demikian karena hati mereka sangat tulus, putih, bersih, tidak ternodai oleh kekotoran,
dan cahaya keimanan yang amat murni tampak pada waah mereka.
Dan disebutkan dalam Ayat lain: dalam al-Qur’an Surat Al-mu’minun :
57-71
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati Karena takut akan (azab)
Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan
orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),
Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang
takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan
mereka, Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah
orang-orang yang segera memperolehnya.” (Qs.Al-Mu’minun: 57-61)
Ada beberapa poin yang dapat disimpulkan dari ayat diatas: yang pertama:
mereka orang-orang muslim takut akan azab Allah SWT jadi berhati-hati. Kedua:
dan orang-orang muslim beriman kepada ayat-ayat Allah SWT. Ketiga: orang-orang
muslim tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Keempat: orang-orang
muslim menyakini akan adanya hari akhir atau hari kemudian. Dan yang Kelima:
orang-orang mukmin bersegera untuk mendapat kebaikan
2. Kepribadian Mukmin
Adanya kualitas manusia dalam suatu kelompok tertentu didasari oleh
kualitas kepribadian yang dimilikinya. Ketika kita berfikir tentang kepribadian
seseorang, mungkin yang terbesit dalam pikiran kita adalah kepribadian yang
merupakan kesan yang timbul dari masing-masing individu terhadap orang lain
atau kesan paling penting yang ditinggalkan individu lain. Misalnya memandang
manusia sebagai seorang yang agresif, sensitif, ramah, santun dan sebagainya,
disnilah peran kepribadian seorang mukmin, bagaimanakah mereka harus
menempatkan kepribadiannya.
Sesuai yang terkandung dalam al-Qur’an Surat Ali-Imran ayat 122: Allah
berfirman.
“Ketika dua golongan dari
padamu ingin (mundur) Karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua
golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin
bertawakkal.” (Qs. Ali-Imran: 122)
Dalam tafsir Al-Mishbah dijelaskan bahwasanya: Allah akan menolong siapa
saja orang-orang yang beriman kepadanya. Karena itu hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakkal, tidak kepada selain-Nya, tidak juga kepada
perlengkapan dan personil, apalagi kalau personil itu terdiri dari orang-orang
munafik.
Dan juga penggalan terakhir ayat ini, menurut al-Biqa’i, lebih baik
dipahami mengandung pesan sebagai berikut: “Allah adalah penolong kedua
golongan itu, karena mereka beriman dan berserah diri kepada-Nya, dan bukannya
kehendak mundur itu bersumber dari tekad mereka. Mereka bahkan menjadikan Allah
sebagai penolong dan berserah diri kepada-Nya, guna mengukuhkan kamu dan
menghindarkan kelemahan atasmu, karena itu hendaklah semua kaum mukminin
percaya dan berserah diri kepada-Nya agar mereka semua pun memperoleh
pertolongan-Nya”.
Agaknya makna inilah yang merupakan pujian buat mereka yang menjadikan
kedua golongan itu merasa berbahagia dengan turunnya ayat ini, karena dengan
tegas ayat ini menyatakan bahwa Allah swt. Adalah penolong mereka. Demikian
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
Ada juga Ulama yang memahami firman-Nya: padahal Allah adalah penolong
bagi kedua golongan itu, merupakan kecaman kepada golongan itu. Mereka dikecam
karena bermaksud meninggalkan medan perang, padahal seharusnya mereka tau
persis bahwa Allah akan membantu orang-orang mukmin dan tentu saja membantu
mereka juga kalau mereka benar-benar mukmin.
Rasulullah Saw menyebutkan ciri-ciri mukmin yang mengagumkan sehingga
hal ini harus kita miliki, beliau bersabda:
“Menakjubkan urusan orang beriman, sesungguhnya semua urusannya baik
baginya dan tidak ada yang demikian itu bagi seseorang selain bagi seorang
mukmin. Kalau ia memperoleh kesenangan ia bersyukur dan itu baik baginya. Kalau
ia tertimpa kesusahan, ia sabar dan itu baik baginya”, (HR. Ahmad dan Muslim).
Dari hadits di atas, ada tiga sifat yang harus kita miliki agar pribadi
kita sebagai mukmin bisa menjadi pribadi yang mengagumkan, dan situasi serta
kondisi sekarang amat menuntut lahirnya pribadi-pribadi seperti ini.
Pertama, Berorientasi Pada Kebaikan. Pada dasarnya, setiap manusia
senang pada kebaikan dan mereka pun telah mengenalnya, karenanya Al-Qur’an menyebutkan
satu istilah untuk kebaikan yang disebut dengan ma’ruf.
Namun meskipun manusia sudah mengetahui tentang kebaikan, ternyata
mereka masih belum mau juga berbuat baik, karenanya harus ada upaya memerintah
manusia untuk melakukan kebaikan, inilah yang disebut dengan amar ma’ruf.
Manakala manusia telah menjadi mukmin yang sejati, maka manusia akan
sangat senang melakukan kebaikan, dia akan memberi kontribusi dalam kebaikan
bahkan berlomba-lomba dalam kebaikan dan selalu ingin menjadi yang terbaik, ini
semua disadari karena hidup di dunia hanyalah salah satu fase kehidupan,
sedangkan fase akhirnya adalah kehidupan akhirat, Allah SWT berfirman:
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu'
dalam sembahyangnya, Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna,” (Qs. Al-Mu’minun:1-3)
Ciri kedua dari mukmin yang mengagumkan adalah selalu Bersyukur Atas
Kesenangan yang diperolehnya. Bersyukur kepada Allah SWT atas kesenangan,
kebahagiaan dan kenikmatan yang diperoleh merupakan sikap yang sangat mulia.
Hal ini karena dengan begitu, seorang mukmin menyadari bahwa segala
kenikmatan merupakan anugerah atau pemberian dari Allah Swt. Manusia memang
seharusnya menyadari bahwa usaha yang dilakukannya sebenarnya tidak seberapa
besar, tapi Allah Swt memberikan balasan dengan balasan yang besar.
Ketiga yang merupakan ciri mukmin yang mengagumkan adalah Bersabar Atas
Kesusahan. Sabar atas segala musibah atau kesusahan yang menimpa merupakan ciri
yang melekat pada pribadi orang yang beriman, karenanya seorang mukmin itu
menjadi manusia yang mengagumkan.
Kesabaran seorang mukmin dalam menghadapi kesusahan membuatnya menjadi
tidak mudah berputus asa, sesulit apapun keadaan yang menimpa dirinya, dia
tetap optimis akan ada hari esok yang lebih baik, baginya yang penting adalah
berusaha dan bertawakal kepada Allah Swt.
3. Kepribadian Muttaqin
Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang sangat istimewa dimuka bumi.
Kejadiannya diumumkan secara khusus dimuka para malaikat dan dia diberi Jabatan
sebagai khalifah dimuka bumi.
Keistimewaan manusia menurut firman Allah SWT antara lain: Struktur
tubuh yang kokoh dan seimbang, lincah dan kuat. Disamping itu yang khas adalah
Ruh insaniah dan jasmaniah. Perpaduan ruh insaniah dan jasmaniah ini akan membentuk
jasad yang serasi dan harmonis diberi tanggung jawab amanat agar mengamalkan
agama Islam dengan sungguh-sungguh dan Ikhlas.
Manusia lahir dalam keadaan suci dan serba kekurangan tidak membawa
harta benda, serta tidak mengetahui suatu apapun karena belum bisa mendengar,
melihat dan membaca, awal dari perkembangan kehidupan manusia berada pada
potensi rohani.
Dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat: 22, dijelaskan tentang kepribadian
orang Islam yaitu Muttaqin.
“Dan barangsiapa yang
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan
(Muttaqin), Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.
dan Hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS. Luqman: 22).
Setelah menampakan keheranan dan keanehan menyangkut sikap para
pendurhaka itu, ayat diatas bagaikan menyatakan: demikianlah, siapa yang
membantah keesaan Allah atau menolak agama-Nya, maka dialah yang tidak memiliki
sedikit pegangan pun, dan siapa pada masa kini dan datang yang menyerahkan
secara ikhlas wajahnya yakni seluruh hidup dan totalitasnya kepada Allah, dan
mengakui keesaan-Nya sedang dia muttaqin yakni selalu berbuat baik, maka
sesungguhnya ia telah berpegang teguh pada buhul tali yang kukuh. Orang itu
akan kembali kepada Allah dalam keadaan selamat dan Allah akan menganugerahkan
untuknya kesudahan yang baik. Dan hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.
Wajah adalah bagian termulia dari jasmani manusia. Ia adalah gambaran
identitas, sekaligus menjadi lambang seluruh totalitasnya. Wajah adalah bagian
termulia dari tubuh manusia yang tampak. Kalau yang termulia telah diserahkan
atau tunduk, maka yang lain telah turut, inilah yang menggambarkan bahwa dia
memiliki kepribadian muttaqin (berbuat baik). Barang siapa yang menyerahkan
wajahnya secara tulus kepada Allah, dalam arti ikhlas beramal dan amal itu
adalah amal yang baik, maka keadaanya seperti yang dijelaskan ayat diatas.
Ayat ini merupakan perumpamaan keadaan seseorang yang beriman. Betapapun
sulitnya keadaan, walau ibarat menghadap kesuatu jurang yang amat curam, dia
tidak akan jatuh binasa karena dia berpegang dengan kukuh pada seutas tali yang
amat kukuh. Bahkan seandainya ia terjerumus masuk ke dalam jurang itu, ia masih
dapat naik dan ditolong, karena ia tetap berpegang pada tali yang
menghubungkannya dengan sesuatu yang diatas, bagaikan timba yang dipegang
ujungnya, yaitu timba yang diturunkan guna mengambil air lalu ditarik keatas.
Demikian juga seorang muttaqin yang terjerumus ke dalam kesulitan. Memang dia
turun atau terjatuh, tetapi sebentar lagi dia akan keatas membawa air kehidupan
yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.
Ciri-ciri orang yang muttaqin itu ada 3 (tiga) :
1. “Yunfiquuna fissarrai wa dharraa “ yaitu orang yang menafkahkan
hartanya diwaktu lapang dan sempit. Jika diwaktu lapang mungkin akan lebih
mudah untuk menafkahkan harta, gaji besar dan ketika mendapatkan keuntungan
dalam berniaga serta kesenangan lainnya. Tetapi Allah SWT juga memerintahkan
agar kita menafkahkan harta diwaktu sempit dimana terkadang orang miskin ini
hanya bisa meminta-minta tetapi tidak mau memberi, padahal ciri manusia
muttaqin adalah meskipun miskin, kita tetap menafkahkan harta, mungkin kadarnya
saja yang berbeda antara ketika lapang dan sempit. Allah SWT berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.”. (Q.S. Ali-Imran:134)
2. “Wal khadziminal ghaidza “ yaitu orang yang bisa menahan amarahnya.
Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-A’raf: 56)
3. “Wal a’fiina ‘aninnass” yaitu orang-orang yang bisa memaafkan kepada
manusia, memaafkan manusia itu sangat sulit. Ketika seseorang berbuat salah
kepada kita kadang-kadang menjadikan hati kita dongkol dan susah untuk memaafkan.
Allah SWT berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang
yang mendirikan sembah yang dan orang-orang yang menafkahkan
sebagian dari apa yang Telah kami rezkikan kepada mereka.” (Q.S. Al-Hajj: 35).
Seseorang disebut memiliki kepribadian Muslim, Mukmin dan Muttaqin
apabila sikap, prilaku, penampilan dan tindakannya dalam bimbingan terhadap
Tuhannya. Agar terwujud kepribadian Muslim, Mukmin dan Muttaqin, hendaknya
seorang yang memilki kepribadian tersebut harus bersungguh-sungguh
mempercayai-Nya dengan segala kesempurnaan keagungan, keperkasaan dan keindahan
perbuatan dan kebijaksanaan-Nya, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya serta dzat_Nya.
Indikator-indikator yang tercakup dalam pembentukan kepribadian ini
antara lain iman dan takwa penanaman nilai-nilai keimanan, keislaman dan
keihsanan dalam diri individu, serta membangun model teladan yang baik.
Sedangkan menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib yaitu pertama, menjadi manusia
paling baik disisi Allah swt. kedua,
menjadi manusia paling buruk dalam pandangan dirimu, ketiga menjadi
manusia biasa diantara atau dihadapan orang lain. Adapun hal-hal yang harus
biasa dilakukan dalam pembentukan kepribadian seseorang adalah pembiasaan dalam
berfikir positif, pembiasaan bersikap dan berpenampilan santun atau terpuji,
dan pembiasaan berperilaku terpuji.
SEMUA ITU TELAH DI
CONTOHKAN, DITELADANI
OLEH NABI BESAR MUHAMMAD
SAW.
Catatan : Kalau kurang mohon ditambahkan.
Terima kasih,